Biografi Stephen Hawking, Sang Fisikawan Jenius

stephen hawking

Stephen Hawking merupakan salah satu fisikawan teoritis asal Inggris yang paling ternama dalam sejarah. Pria kelahiran tahun 1942 ini terkenal dengan teori-teorinya yang kontroversial.

Meski demikian, tak dapat dimungkiri bahwa hasil temuan Hawking menjadi bukti terobosan dalam ilmu pengetahuan. Tak ayal, sosoknya pun kerap dijadikan inspirasi banyak orang.

Kisah hidup Hawking itu sendiri tak selalu mulus. Dilansir dari laman Zenius, berikut adalah biografi sang fisikawan jenius.

Lahir dari Keluarga Dokter

Kejeniusan Hawking rupanya berasal dari kedua orang tuanya. Sang ayah, Fank Hawking, dan ibunya, Isobel Hawking, merupakan jebolan University of Oxford.

Frank bekerja sebagai peneliti medis spesialis tropis. Sedangkan, Isobel adalah seorang sekretaris penelitian medis.

Berbeda dari kedua orang tuanya, Hawking kecil sangat tertarik dengan sains. Ketertarikannya ini berawal ketika sang ibu yang mengajaknya memandang bintang malam di halaman belakang rumah.

Hawking semakin menekuni minatnya saat memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di St. Albans School. Dia aktif mengikuti diskusi di luar kelas dengan pembahasan seputar asal-usul alam semesta.

Awalnya, pria yang memiliki IQ 160 itu ingin melanjutkan pendidikan tingginya di jurusan matematika. Namun, saat itu University of Oxford belum memiliki jurusan tersebut.

Usai bernegosiasi dengan ayahnya, Hawking pun berkuliah di jurusan ilmu pengetahuan alam. Tiga tahun kemudian, dia melanjutkan pendidikan magisternya di Cambridge University dengan konsentrasi studi kosmologi.

Baca Juga : 

Biografi Wilhelm Conrad Rontgen, Penemu Sinar X Yang Meraih Nobel Fisika Pertama

Menderita Penyakit ALS

Usai setahun berkuliah di Cambrige University, Hawking didiagnosis menderita penyakit amyotrphic lateral sclerosis (ALS). Bahkan, dokter sempat mengatakan bahwa hidupnya hanya tersisa dua tahun lagi.

Mendengar hal tersebut, Hawking yang kala itu baru berusia 21 tahun, mengalami depresi. Untungnya, kehadiran sang istri, Jane Wilde, kembali mengobarkan semangat Hawking untuk fokus belajar.

Untuk diketahui, ALS merupakan penyakit yang menyerang sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini membuat penderitanya kesulita bergerak, bicara, bahkan bernapas. Inilah yang membuat Hawking duduk di korsi roda hingga akhir hayatnya.

Awal Mula Penemuan Stephen Hawking

Cikal bakal tercetusnya teori-teori Hawking berawal ketika dia menghadiri seminar Roger Penrose pada tahun 1965. Penrose merupakan seorang fisikawan dan matematikawan pencetus teorema singularitas.

Teori tersebut menyatakan bahwa lubang hitam memiliki tempat dan gravitasi yang tak terbatas. Setiap benda yang jatuh ke dalam lubang tersebut akan terperangkap dan hancur.

Hawking yang merasa tertarik dengan teori Penrose, akhirnya mengajak fisikawan itu untuk mengembangkan teorinya.

Baca Juga : 

Alexander Graham Bell, Penemu Telepon dan Guru Tunarungu

Hasil Temuan Stephen Hawking

Pada tahun 1970, hasil penelitian Hawking dan Penrose menyatakan bahwa alam semesta berawal dari ledakan besar atau Big Bang. Kemudian, berakhir di lubang hitam yang bakal menguap dan lenyap.

Setahun setelahnya, Hawking kembali melakukan penelitian sendiri yang menggabungkan teori relativitas umum dengan teori kuantum. Hasil penelitian yang dinamai teori Stephen Hawking ini menyatakan, ketika ada dua lubang hitam yang bergabung, luas permukaan lubang hitam hasil gabungan pasti lebih luas daripada luas dua lubang hitam awal.

Pada tahun 1974, lagi-lagi Hawking melakukan penelitian berjudul “Black hole explosion?”. Studi terakhirnya dilakukan pada tahun 2014. Hasil teori baru ini justru membantah teori terdahulu.

Sebelumnya, teori Stephen Hawking mengemukakan bahwa semua materi yang masuk ke lubang hitam akan terperangkap dan lenyap. Teori terbarunya mengatakan ada materi yang bisa lolos dari lubang hitam.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya apparent horizon. Itu merupakan batas antara cahaya yang keluar dan cahaya yang masuk ke lubang hitam.

Baca Juga : 

Robert Hooke | Siapa, Biografi, Kontribusi, Penemuan, Frasa

Penghargaan Stephen Hawking

Bersamaan dengan rilisnya penelitian Hawking pada tahun 1974, reputasi fisikawan itu semakin meroket. Sampai-sampai, dia terpilih sebagai anggota Royal Society dan jadi salah satu orang termuda yang menerima penghargaan sains bergengsi di Inggris itu.

Pada 1979, Hawking juga menerima penghargaan tertinggi dari Ratu Elizabeth II dan Albert Einstein Medal. Penghargaan bertajuk Orde Companion of Honor itu hanya diberikan kepada orang-orang yang menghasilkan temuan yang berkaitan dengan Albert Einstein.

Akhir Perjalanan Stephen Hawking

Stephen Hawking meninggal dunia pada Rabu, 14 Maret 2018 silam. Dia meninggal di usia 76 tahun.  Meski raga Hawking tak ada lagi di dunia, teori-teori temuannya akan selalu menjadi bukti atas kemajuan pengetauan umat manusia. Hingga saat ini, teorinya itu masih terus dikembangkan oleh fisikawan-fisikawan muda.